Antara Teknologi dan Kebutuhan Manusia Dalam Pendidikan

Perkembangan teknologi tidak bisa
dipungkiri dari kehidupan, teknologi terus mengalami perkembangan setiap saatnya,
karena adanya dorongan dari perkembangan ilmu pengetahuan. Jadi secara tidak
langsung perkembangan teknologi itu mempengaruhi ilmu pengetahuan atau
Pendidikan secara signifikan. Teknologi pada masa pandemi covid-19 memiliki
kontribusi lebih dalam dunia Pendidikan. Pasalnya pada saat itu adanya
pembatasan kegiatan diluar ruangan dengan kebijakan darurat PPKM yang mana
mengharuskan Masyarakat untuk beraktivitas didalam rumah atau WFH baik yang
bekerja terutama dalam Pendidikan. Sekolah-sekolah hanya bisa mengikuti
kebijakan untuk kebaikan bersama, penugasan dan kegiatan pembelajaran semuanya
berbasis online melalui google meet, zoom, google classroom untuk pengumpulan
tugas.
1.
Kebutuhan
manusia
Kebutuhan manusia terhadap
Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan primer. Pada satu sisi manusia
berinteraksi dan bersosialisasi dengan Masyarakat luar yang lainnya yang mana hal
itu dapat menjadikannya memiliki banyak pengalaman, sehingga mampu melatih
kemampuan dan pengembangan diri melalui Latihan dan Pendidikan. Disisi lain
manusia juga makhluk individu yang memiliki kehendak dalam mencapai titik
tertinggi. Dari kedua sisi manusia dapat disimpulkan bahwa dari kehendak untuk
dapat mencapai titik tertinggi, manusia perlu melakukan pengembangan dan
pelatihan diri melalui Pendidikan atau dengan kata lain Pendidikan dapat
dijadikan sebagai pijakan untuk mencapai titik tertinggi tersebut.
Melalui Pendidikan manusia membuktikan dirinya sebagai
makhluk sempurna dari yang sebelumnya tidak memiliki potensi hingga mau untuk
berkembang menjadi lebih sempurna melalui Pendidikan. Kebutuhan manusia akan
Pendidikan termasuk kebutuhan dalam mempersiapkan dirinya pada satu tingkatan
di mana manusia mampu untuk menunjukkan kemampuan dirinya.
2.
Pendidikan
Inklusif
Pendidikan
inklusif merupakan system yang mampu mengakomodasi kebutuhan setiap peserta
didik. Pendidikan inklusif menurut UNESCO yang didefinisikan dalam Guidelines
for Inclusion: Ensuring Access to Education for All Dimana inklusif ini dapat
mengakomodasi keberagaman kebutuhan peserta didik melalui perubahan dan
modifikasi dalam metode, strategi, model dan pendekatan yang tepat untuk
kebutuhan peserta didik tersebut dalam pembelajaran. Perkembangan teknologi
juga membantu dalam pemilihan metode strategi yang cocok serta memfasilitasinya.
Contohnya pengguna aplikasi pembelajaran berbasis online (e-learning),
penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis game, penggunaan aplikasi
pembelajaran berbasis video seperti Kahoot, google classroom, Edpuzzle, Ruang
guru dan masih banyak lagi. Dalam Pendidikan inklusif ini memang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik, jadi antara kebutuhan dan kurikulumnya itu
sesuai. Namun, seringkali Pendidikan inklusif ini dihubungkan hanya kepada
peserta didik berkebutuhan khusus yang dapat belajar di sekolah umum dengan
akses dan lingkungan yang kondusif, bagaimana dengan peserta didik yang
lainnya? Nah tentu saja itu akan menjadikan peserta didik yang lain dapat
menerima perbedaan yang ada dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga
mampu untuk menjalin pertemanan dengan peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus tanpa melihat adanya perbedaan yang ada diantara mereka. Terkait praktik
Pendidikan inklusif di dunia sendiri sudah menjadi agenda internasional melalui
SDGs yang mengamati supaya semua anak dipenuhi hak sosial dan pendidikannya
yang bermutu tanpa terkecuali. Praktik ini mungkin bisa lebih berkembang lagi
jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi sebagai fasilitas dalam
pembelajaran nantinya.
Kebijakan dari
Pendidikan inklusif baik nasional maupun internasional :
a.
Deklarasi
Internasional Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 26
Yang mana pada pasal 26
dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh Pendidikan. Pendidikan rendah
harus diwajibkan dan Pendidikan teknik, kejuruan secara umum harus terbuka bagi
semua orang serta Pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama
oleh semua orang.
Pendidikan harus menggalakkan
saling pengertian, toleransi, dan persahabatan antara semua bangsa, kelompok
ras maupun agama.
b.
Konferensi
mengenai hak-hak penyandang disabilitas pada 13 Desember 2006
Tujuan dari konferensi
tersebut adalah menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar tanpa adanya
diskriminasi serta menjamin sistem Pendidikan yang inklusif pada semua tingkatan Pendidikan.
c.
Surat
Edaran No.380/G.06/2003 yang dikeluarkan Dirjen Dikdasmen, Depdiknas tentang
Pendidikan inklusif
d.
Undang-undang
sistem Pendidikan nasional No.20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 yaitu kewajiban
pemerintah untuk menyediakan Pendidikan yang layak bagi semua warga negara,
tanpa adanya diskriminasi dan pasal 12 ayat 1b yaitu hak dari murid untuk
memiliki Pendidikan yang layak berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya.
e.
Permendiknas
no.70 Tahun 2009
Tentang Pendidikan inklusif untuk
peserta didik yang berkebutuhan khusus atau yang memiliki keistimewaan serta
memiliki potensi kecerdasan atau bakat yang Istimewa.
3.
Fleksibilitas
dan aksesibilitas
Fleksibilitas dan
aksesibilitas teknologi dalam pendidikan berperan penting dalam menciptakan
kesempatan belajar yang merata di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal). Dengan adopsi teknologi, siswa dan pendidik di daerah terpencil
dapat mengatasi kendala geografis dan infrastruktur. Siswa dapat mengakses
materi pembelajaran secara fleksibel melalui platform daring, bahkan di daerah
terpencil.Aksesibilitas teknologi juga mengurangi kesenjangan pendidikan di
daerah 3T. Melalui pembelajaran daring, siswa di daerah terluar memiliki akses
yang sama dengan siswa perkotaan, memungkinkan mereka mendapatkan pendidikan
berkualitas tanpa harus meninggalkan lingkungan mereka. Meskipun demikian,
tantangan seperti keterbatasan infrastruktur internet dan listrik masih perlu
diatasi dengan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor
swasta. Langkah konkret diperlukan untuk memastikan setiap siswa dan pendidik
memiliki kesempatan yang setara dalam pembelajaran digital.
4.
Pengembangan
professional guru
Perkembangan
professional guru juga tidak kalah penting dalam berkembangnay teknologi saat
ini, karena kalau tidak dapat menyesuaikan peran dari guru itu lama-lama akan
tergantikan dengan teknologi atau AI. Perlu adanya perubahan dalam paradigma
pengajaran, dengan guru menjadi fasilitator yang mahir dalam integrasi
teknologi ke dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan teknologi secara
efektif dalam mendukung proses pembelajaran supaya tetap relevan mengajar di
era digital. Pengembangan professional guru harus melibatkan pembelajaran
mengenai integrasi teknologi ke dalam kurikulum, memahami karakter dan
kebutuhan peserta didik secara digital serta menciptakan pembelajaran yang
mendorong kreativitas dan kolaborasi peserta didik. Selain itu juga guru
memperoleh keterampilan yang mampu untuk merancang pembelajaran yang menarik..
5.
Tantangan
dan etika penggunaan teknologi
Penggunaan teknologi dalam Pendidikan memberikan peluang yang besar, tetapi juga menimbulkan berbagai macam tantangan yang utama adalah kesenjangan akses terutama di daerah 3T. Dalam memenuhi kebutuhan manusia dalam Pendidikan yang setara perlu adanya upaya yang lebih lanjut untuk mengatasi ketidaksetaraan. Kebutuhan akan perlindungan data pribadi dan informasi siswa dapat menjaga keamanan serta memastikan teknologi tersebut tidak disalahgunakan atau justru menimbulkan resiko kebocoran informasi yang dapat merugikan peserta didik. Tantangan lainnya yaitu kesenjangan digital antar generasi yang mana tidak semua guru dan peserta didik itu memiliki Tingkat literasi yang sama. Aspek etika memastikan teknologi digunakan untuk memajukan pembelajaran dan perkembangan positif peserta didik.
Ditulis Oleh Anita Dwi Anggraeni (PE 22 A)