PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) : PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT, DAN METODE

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
lancar jika semua komponen yang terlibat di dalamnya dapat bekerja dengan baik.
Salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran yaitu Guru. Hal ini
karena Guru merupakan orang yang setiap harinya berhubungan langsung dengan
peserta didik. Oleh karena itu, kualitas pembelajaran dapat bergantung pada
kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas.
Guru sebagai seorang pendidik yang setiap harinya
mengajar di kelas pasti sudah sering berhadapan dengan permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan peserta didik maupun yang berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan di kelas baik itu model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dll. Selain hal tersebut Guru juga dituntut
untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran agar peserta didik memiliki
prestasi yang unggul. Oleh karena itu untuk dapat mewujudkan hal tersebut
seorang Guru harus dapat memiliki kemampuan untuk meneliti. Salah satu
penelitian yang dapat dilakukan oleh seorang Guru yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau dapat dikenal juga dengan Classroom
Action Research. Apa itu Penelitian tindakan kelas? Yuk kita simak
penjelasannya
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Apa yang kamu ketahui tentang Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu
bentuk penelitian yang dilakukan oleh Guru untuk memperbaiki praktik-praktik
yang telah dilakukan agar mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penelitian
yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang memiliki ciri khusus
yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan pembelajaran yang ada di kelas dengan
melakukan berbagai tindakan yang terstruktur serta menganalisis pengaruh yang
ditimbulkan dari perlakuan yang dilakukan. Sehingga, dari sini dapat diketahui bahwasanya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu jenis penelitian yang
digunakan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan pembelajaran dengan
tujuan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Komponen-komponen yang menjadi sasaran dari Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini ada beberapa yaitu:
1.
Peserta
didik, meliputi karakteristik peserta didik, motivasi peserta didik, hasil
belajar, dll.
2.
Guru,
meliputi strategi pembelajaran yang dilakukan baik itu model, metode, media
pembelajaran, dll.
3.
Materi
pembelajaran
4.
Sarana
dan prasarana pendidikan
5.
Penilaian
proses dan hasil pembelajaran
6.
lingkungan,
dan
7.
Pengelolaan
kelas.
Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tujuan utama dari adanya Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik-praktik pembelajaran
yang sebelumnya telah dilakukan di kelas. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini cocok digunakan oleh Guru karena setiap harinya guru bertemu
dan menjumpai berbagai permasalahan pembelajaran yang di hadapi oleh peserta
didik. Tujuan lainnya dari Penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk
meningkatkan keprofesionalan pendidik dalam mengajar serta untuk menumbuhkan
sikap proaktif terhadap perbaikan mutu pembelajaran secara berkelanjutan.
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
dicapai dengan melakukan berbagai terobosan-terobosan baru yang telah
direncanakan oleh Guru untuk dapat memecahkan berbagai persoalan pembelajaran
yang ada di kelas. Terobosan-terobosan baru yang telah direncanakan tersebut
selanjutnya di uji cobakan kepada peserta didik dan dievaluasi apakah
mendapatkan hasil yang sesuai untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang
dihadapi oleh peserta didik.
Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu
sebagai berikut :
1.
Memberikan
inovasi pembelajaran yang ada di kelas, dengan melakukan inovasi pembelajaran
maka Guru akan dapat memberikan pembaharuan terhadap model maupun metode yang
akan digunakan dalam mengajar yang telah disesuaikan dengan karakteristik dari
masing-masing kelas.
2.
Memberikan
kontribusi dalam mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, dengan
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka guru dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan kurikulum ditingkat sekolah maupun kelas.
3.
Meningkatkan
keprofesionalan guru, dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka guru akan
melakukan refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya
di kelas. Selanjutnya, jika ditemukan masalah dalam penerapan pembelajaran yang
dilakukan maka guru akan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disini dapat digunakan untuk meningkatkan
keprofesionalan guru.
Manfaat lainnya dari adanya Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu sebagai berikut :
1.
Dari
sisi Guru yaitu dapat membantu Guru dalam memperbaiki pembelajaran yang sedang
berlangsung, meningkatkan rasa percaya diri Guru, serta dapat meningkatkan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan Guru secara aktif.
2.
Dari
sisi Peserta didik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan memberikan peluang
kepada peserta didik dalam menerima pembaharuan pembelajaran yang lebih baik
yang mana nantinya juga akan dapat meningkatkan hasil belajar dari peserta
didik itu sendiri.
3.
Dari
sisi sekolah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan untuk dapat
mengembangkan sekolah menjadi lebih baik. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan
dan kemajuan pada diri guru maupun peserta didik.
Model-Model
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ada beberapa model yang dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yaitu sebagai berikut :
1. Model
Kurt Lewin (1946)
Lewin
merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan. Model
penelitian Kurt Lewin ini merupakan model yang menjadi patokan dari berbagai
jenis model penelitian tindakan. Komponen-Komponen dalam model penelitian Kurt
Lewin yaitu ada perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
2. Model
Kemmis dan Mc Taggart (1988)
Pada model
Kemmis dan Mc Taggart komponen acting
dan observing dijadikan menjadi satu
kesatuan. Hal ini disebabkan kedua komponen tersebut merupakan tindakan yang
tidak terpisahkan dan terjadi dalam waktu yang bersamaan. Kemmis dalam
perencanaannya menggunakan sistem spiral refleksi diri yang diawali dengan planning (rencana), acting (tindakan), observing
(pengamatan), reflecting (refleksi),
dan perencanaan kembali yang menjadi dasar dalam perencanaan pemecahan masalah.
3. Model
Elliot (1991)
Model ini
dikembangkan oleh Elliot yang merupakan seorang pendukung gerakan “guru sebagai
peneliti”. Elliot setuju dengan langkah-langkah ide dasar pada tindakan
refleksi yang terus berlanjut dan menjadi suatu siklus yang dikembangkan oleh
Kemmis. Namun, langkah-langkahnya lebih rinci dan berpeluang agar lebih mudah
diubah.
4. Model
Mc Kernan (1991)
Model Mc
Kernan disebut juga dengan model proses waktu (a time process model). Model ini merupakan perkembangan dari ide
dasar Lewin atau yang diinterpretasikan oleh Kemmis. Mc Kernan berpendapat
bahwasanya kita tidak perlu selalu terikat dengan waktu, terutama dalam
pemecahan masalah yang seharusnya dapat dilakukan secara rasional dan
demokratis.
5. Model
Ebbut (1985)
Model Ebbut yang dikembangkan oleh Dave Ebbut ini merupakan pengilhaman dari pemikiran Kemmis dan Elliot. Ebbut kurang setuju dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis. Hal ini karena Kemmis menyamakan penelitiannya hanya dengan temuan fakta. Padahal pada kenyataannya Kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian itu terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada.
Ditulis Oleh Aprillani Muntya Sari (PE 2022 A)