Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Ekonomi Indonesia: Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan?

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, khususnya Dolar AS, merupakan isu krusial yang memengaruhi berbagai sektor dalam perekonomian Indonesia. Fenomena ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi, politik, dan sosial yang saling berkaitan, seperti inflasi, kondisi ekonomi global, serta kebijakan moneter dalam dan luar negeri. Artikel ini akan membahas dampak pelemahan Rupiah terhadap sektor yang diuntungkan dan dirugikan.
Penyebab Pelemahan Rupiah
Beberapa faktor utama yang menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah antara lain:
-
Inflasi – Inflasi yang tinggi cenderung melemahkan nilai tukar Rupiah karena menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan harga barang impor. Studi menunjukkan bahwa inflasi berkontribusi terhadap pelemahan Rupiah dan berdampak negatif pada indeks harga saham gabungan (IHSG) (Purwatiningsih & Sriyono, 2024; Ariandani et al., 2019).
-
Kondisi Ekonomi Global – Krisis ekonomi global, seperti pandemi COVID-19, telah menyebabkan fluktuasi besar pada nilai tukar Rupiah. Lonjakan kasus COVID-19 berbanding lurus dengan depresiasi Rupiah, mencerminkan dampak sentimen pasar global (Haryanto, 2020).
-
Neraca Perdagangan – Defisit perdagangan terjadi ketika impor lebih besar daripada ekspor, yang menyebabkan tekanan pada Rupiah (Manihuruk et al., 2024; Widyaningrum & Lubis, 2024). Upaya meningkatkan daya saing produk ekspor menjadi kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
-
Kebijakan Moneter – Kebijakan suku bunga yang diterapkan Bank Indonesia berperan dalam mengontrol inflasi dan menjaga stabilitas Rupiah. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi pasar dan pengelolaan utang luar negeri berpengaruh terhadap nilai tukar (Ichwani et al., 2018; Megamawarni & Perwithosuci, 2023).
Sektor yang Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah
-
Sektor Ekspor – Pelemahan Rupiah membuat harga barang ekspor lebih murah bagi pembeli asing, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Sektor pertanian dan manufaktur berbasis ekspor dapat mengalami peningkatan keuntungan (Manihuruk et al., 2024; Palić et al., 2018).
-
Sektor Pariwisata – Biaya perjalanan ke Indonesia menjadi lebih murah bagi wisatawan asing, yang meningkatkan jumlah kunjungan dan pendapatan sektor pariwisata (Anugrah et al., 2021; Syahadat & Kusworo, 2022).
-
Industri Lokal Berbahan Baku Domestik – Bisnis yang mengandalkan bahan baku lokal dapat mengurangi biaya produksi karena tidak bergantung pada impor, sehingga lebih tahan terhadap fluktuasi Rupiah (Murjiani & Adiyanto, 2023).
Sektor yang Dirugikan dari Pelemahan Rupiah
-
Sektor Manufaktur – Kenaikan harga bahan baku impor meningkatkan biaya produksi, mengurangi margin keuntungan, dan berpotensi menurunkan daya saing produk manufaktur lokal (Nadapdap & Hazmi, 2024).
-
Sektor Perdagangan – Kenaikan harga barang impor menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, yang berdampak negatif pada sektor ritel dan perdagangan (Kurniawan & Makarim, 2022).
-
Sektor Transportasi dan Perhotelan – Meskipun sektor pariwisata mendapat keuntungan dari meningkatnya wisatawan asing, sektor transportasi dan perhotelan menghadapi peningkatan biaya operasional akibat kenaikan harga bahan bakar dan logistik (Muryani & Siswahto, 2020; Arivetullatif et al., 2023).
Strategi Menghadapi Pelemahan Rupiah
Untuk mengurangi dampak negatif pelemahan Rupiah, pemerintah dan pelaku ekonomi dapat melakukan beberapa strategi berikut:
-
Diversifikasi Ekspor – Mengembangkan produk ekspor dengan nilai tambah lebih tinggi agar tetap kompetitif di pasar internasional.
-
Meningkatkan Investasi dalam Industri Lokal – Mengurangi ketergantungan pada impor dengan mendorong produksi dalam negeri.
-
Optimalisasi Kebijakan Moneter – Bank Indonesia dapat menyesuaikan kebijakan suku bunga dan melakukan intervensi pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar.
-
Mendorong Pariwisata dan Ekonomi Kreatif – Sektor ini dapat menjadi salah satu penyelamat ekonomi dengan mendatangkan devisa lebih besar.
Pelemahan Rupiah memiliki dampak beragam bagi perekonomian Indonesia. Sementara sektor ekspor, pariwisata, dan industri berbasis bahan baku lokal mendapat keuntungan, sektor manufaktur, perdagangan, dan transportasi mengalami tekanan finansial. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi yang tepat diperlukan untuk mengelola dampak negatif pelemahan Rupiah dan memaksimalkan manfaat bagi sektor yang diuntungkan. Kerjasama antara kebijakan fiskal dan moneter akan menjadi kunci dalam meningkatkan ketahanan ekonomi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Ditulis oleh Tim Web
Referensi :
Purwatiningsih, F. and Sriyono, S. (2024). Pengaruh inflasi, produk domestik bruto dan nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek indonesia periode januari 2016 – desember 2021. Innovative Technologica: Methodical Research Journal, 2(1), 15. https://doi.org/10.47134/innovative.v2i1.39
Ariandani, E. and Xavir, Y. (2019). Pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek indonesia periode 2014-2016. Jubisma, 1(1). https://doi.org/10.58217/jubisma.v1i1.15
Haryanto, H. (2020). Dampak covid-19 terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (ihsg). Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), 151-165. https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.114
Manihuruk, F. E., Silfani, D., Feby, Y., & Marbun, J. (2024). Analisis pengaruh ekspor, impor, dan jub di indonesia terhadap kurs rupiah/usd. Jurnal Riset Ilmu Ekonomi, 3(2), 118-129. https://doi.org/10.23969/jrie.v3i2.70
Palić, I., Banić, F., & Matić, L. (2018). The analysis of the impact of depreciation on external debt in long run: evidence from croatia. Interdisciplinary Description of Complex Systems, 16(1), 186-193. https://doi.org/10.7906/indecs.16.1.15
Anugrah, F. F., Salahudin, S., & Nurjaman, A. (2021). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata lokal: sebuah kajian pustaka terstruktur. Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual, 6(4), 775. https://doi.org/10.28926/briliant.v6i4.689
Syahadat, R. M. and Kusworo, H. A. (2022). Ketidakberlanjutan dalam konsumerisme pariwisata: sebuah tinjauan kritis. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 7(1), 14-23. https://doi.org/10.25078/pariwisata.v7i1.176
Murjiani, D. and Adiyanto, M. R. (2023). Pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei) periode 2017-2022. Accounting and Management Journal, 7(2), 19-34. https://doi.org/10.33086/amj.v7i2.3755
Nadapdap, L. and Hazmi, S. (2024). The effect of liquidity, sales growth and firm size on financial distress in manufacturing companies in various industrial sectors listed on the indonesian stock exchange for the 2020 - 2022 period. jampk, 2(1), 14. https://doi.org/10.47134/jampk.v2i1.421
Kurniawan, A. and Makarim, H. (2022). Perbedaan pergeseran kontribusi sektoral terhadap pdrb menurut kabupaten/kota pada masa pandemi covid 19 di provinsi jawa tengah. Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 19(1), 1-9. https://doi.org/10.15294/jg.v19i1.32019
Muryani, M. and Siswahto, E. (2020). Analisis sektor parisiwata dandampak pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian provinsi sulawesi utara p. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 4(1), 122-143. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2020.v4.i1.4190
Sulastri, S. and Afrianti, R. (2023). Impact of the covid-19 pandemic on west sumatra tourism. Jurnal Informatika Ekonomi Bisnis, 240-246. https://doi.org/10.37034/infeb.v5i1.236
https://www.freepik.com/free-photo/pile-coins-forming-graph_11433289.htm#fromView=search&page=2&position=21&uuid=0d19af44-c3c7-4d26-b04f-e45510d9d0eb&query=rupiah+turun