Mengungkap Alasan Remaja Gemar Menggunakan Layanan Pinjaman Online (Pinjol)

Jumlah pengguna
pinjol (pinjaman online) sedang marak terjadi, dan didominasi oleh remaja
generasi muda, hal ini dibuktikan dengan adanya data fintech OJK yang nominal
pinjaman terus meningkat sebesar 154,124 pada daerah Jawa Timur, 226,872 pada
daerah Jakarta, dan pada daerah Luar Jawa dengan total sebesar 381,288 (data
per Des. 2023). Frederica Widyasari Devi mengungkapkan “nominal yang paling
sering digunakan oleh remaja berkisar 300.000 hingga 500.000, walaupun nominal
ini bernilai kecil namun tunggakan inilah yang memengaruhi credit score para
remaja”.
Mengapa fenomena ini
bisa terjadi? Seiring perkembangan zaman dan cepatnya teknologi, tren dan gaya
hidup konsumerisme semakin berkembang pesat. Remaja dengan berbagai gaya hidup
konsumerisme namun kurangnya pendapatan tentunya menggunakan pinjol sebagai
opsi untuk menuruti gaya hidup mereka, namun sebagian remaja terpaksa karena
untuk menunjang berbagai kebutuhan ditengah kurangnya pendapatan mereka. Dari
beberapa alasan inilah pinjaman online menjadi solusi kala situasi mendesak.
Adapun faktor lainnya adalah mudahnya akses informasi, setidaknya 97,1%
penduduk usia 19-24 tahun terhubung oleh internet sehingga para remaja dapat
mengakses dengan mudah aplikasi pinjaman online.
Selain itu, mudahnya
pendaftaran dan syarat pencairan pinjol menjadikan sebagian remaja tergiur
untuk menggunakannya. Dampak dari fenomena ini, sebagian besar nasabah pinjol
khususnya remaja kesulitan untuk membayar angsuran pinjol, hal ini dikarenakan
adanya ketimpangan antara pemasukan secara ekonomi/gaji kerja dengan jumlah
pinjaman yang diajukan.
Dari kondisi tersebut
pula muncul alternatif berbahaya lain guna melepaskan diri dari pinjol dengan
menggunakan jasa joki pinjol, justru opsi ini semakin memperparah keadaaan
nasabah karena permasalahan baru yaitu tingginya tarif untuk menggunakan jasa joki
pinjol ini. Selain itu alternatif lain yang tak kalah berbahaya seperti galbay atau gagal bayar padahal cara ini
dapat membahayakan kondisi finansial nasabah.
Dengan maraknya
remaja yang menggunakan layanan pinjol ini, kita dapat melihat bagaimana
minimnya literasi keuangan pada kalangan remaja. Pinjol yang menawarkan dana
yang menggiurkan ini ternyata dapat menjadikan penggunanya terlilit hutang
hingga nominal hutang menjadi semakin bertambah, ditambah lagi adanya banyak
aplikasi dan layanan pinjaman online secara ilegal, lalu dengan parahnya
nasabah pinjol yang tidak mampu membayar tagihannya dapat memicu faktor lain
seperti pencurian identittas, kekerasan, penipuan, penyalahgunaan data diri,
bocornya dokumen dan hal-hal privasi, serta masalah-masalah lain yang dapat
ditimbulkan.
Parahnya fenomena
pinjol (pinjaman online) membuat OJK menyatakan literasi keuangan pada
masyarakat khususnya remaja masih sangat minim dengan angka 49,68 persen
sehingga perlu digalakkan lagi kegiatan, seminar, workshop tentang pentingnya
literasi keuangan sebelum menggunakan produk pinjaman terkhusus pada generasi
muda.
Gerakan kampanye dan
edukasi keuangan pada masyarakat telah dilakukan oleh beberapa komunitas. Hal
ini menunjukkan masih adanya kesadaran literasi keuangan pada sebagian
kalangan. “Kemampuan dasar yang harus dimiliki tidak hanya terbatas dalam
mengatur keuangan dengan bijak, tetapi juga kemampuan untuk mencari dan
mencerna serta membagikan informasi yang berdasar dan terpercaya” ungkap
Jonathan, salah satu anggota komunitas AdaKami yang melakukan sosialisasi
edukasi keuangan pada msayarakat.
Dengan adanya kegiatan sosialisasi, kampanye, pelatihan/workshop tentang keuangan yang terus diselenggarakan oleh beberapa komunitas. Setidaknya masih terdapat masyarakat yang aware dengan permasalahan ini dan mengajak serta agar masyarakat semakin teredukasi tentang adanya layanan pinjaman online/pinjol ini. Besar harapan agar semakin banyak generasi muda yang meningkat literasi keuangannya dan teredukasi dengan topik ekonomi serta keuangan sehingga layanan pinjaman online ini semakin menurun nasabah/pengguna nya. Pada hal ini kemungkinan dapat memengaruhi siklus keuangan negara yang juga dapat membantu agar peredaran keuangan dapat terkendali dengan baik.