Pendekatan Kontruktivisme dalam Pembelajaran Modern

Konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan. Pendekatan ini lebih menekankan proses belajar untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada kemudian dilakukan penyesuaian dari apa yang didapatkan. paradigma pembelajaran ini berfokus pada peran aktif pembelajar dalam membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan ini berlawanan dengan pandangan tradisional yang menganggap pembelajar sebagai penerima pasif informasi.
Salah satu pemikir awal yang menanamkan benih konstruktivisme adalah John Dewey. Dua tokoh penting yang membentuk teori belajar konstruktivisme adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Jika behaviorisme dan kognitivisme dibangun melalui epistemologi objektivisme, maka konstruktivisme dibangun melalui epistemology constructivism (ilmu alam terdiri dari konstruksi pikiran yang dibuat untuk menjelaskan pengalaman (atau pengukuran) dunia nyata oleh indra tubuh).
Suatu pendekatan pembelajaran tentunya dapat memiliki langkah-langkah atau prosedur yang harus dilaksanakan agar tujuan pendekatan ini tercapai serta memberikan hasil belajar yang diharapkan. Menurut Riyanto, (2014) langkah-langkah dalam pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut;
a) Apersepsi
Apersepsi mencerminkan pengaruh pengalaman dan pengetahuan sebelumnya terhadap cara siswa memahami dan menyusun informasi baru. Siswa membawa sejumlah pengetahuan, keyakinan, dan pengalaman ke dalam proses pembelajaran. proses ini menyoroti pentingnya keterkaitan konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Dalam proses pembelajaran, guru dapat merancang pengalaman belajar yang merangsang siswa untuk mengaitkan konsep baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada.
b) Eksplorasi
Eksplorasi melibatkan kegiatan di mana siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep belajar melalui pengalaman langsung. Ini dapat mencakup penelitian, observasi, atau partisipasi dalam simulasi ekonomi. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memicu pemikiran kritis dan kemudian melakukan penelitian untuk mencari jawaban. Proses ini membantu mereka mengembangkan keterampilan penyelidikan dan menggali lebih dalam ke dalam topik ekonomi yang sedang dipelajari. Hal ini mencakup penerapan konsep-konsep pembelajaran dalam situasi dunia nyata.
c) Diskusi
Pada tahap ini, siswa menganalisis apa yang telah mereka pelajari. Kemudian menyampaikan informasi dan mempertajam argumen mereka dengan bukti dan logika bersama rekan maupun guru. Refleksi membantu siswa memperdalam pemahaman dan memastikan bahwa konsep baru telah benar-benar terinternalisasi.
d) Aplikasi Ide
Pada tahap ini guru menciptakan suasana atau iklim pembelajaran lebih bergairah. Hal ini dapat membuat siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan.
Manfaat Pendekatan Konstruktivisme :
Pendekatan Konstruktivisme menawarkan banyak manfaat bagi siswa, antara lain:
a) Meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar karena siswa lebih tertarik dan terlibat dalam pembelajaran karena mereka aktif membangun pengetahuannya sendiri.
b) Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, di mana siswa didorong untuk memecahkan masalah, berpikir kritis, dan menemukan solusi kreatif.
c) Meningkatkan pemahaman dan retensi informasi, oleh karenanya siswa lebih mudah memahami dan mengingat informasi yang mereka bangun sendiri.
d) Mempersiapkan siswa untuk masa depan karena kemampuan belajar mandiri dan berpikir kritis sangat penting untuk kesuksesan di era digital.
Kesimpulan :
Konstruktivisme bukan hanya sekadar teori, melainkan sebuah filosofi pembelajaran yang mengantarkan siswa menuju gerbang pengetahuan yang aktif dan bermakna. Di era digital ini, di mana informasi berlimpah dan mudah diakses, pendekatan konstruktivisme menjadi kompas yang menuntun siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, kreatif, dan siap menghadapi masa depan. Salah satu aspek utama dalam pendekatan konstruktivisme adalah pengakuan akan pengaruh pengalaman dan pengetahuan sebelumnya terhadap cara siswa memahami informasi baru. Ini menekankan pentingnya membangun keterkaitan antara konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Proses pembelajaran bukanlah sekadar mengganti pengetahuan lama dengan yang baru, tetapi lebih pada penyelarasan dan penyesuaian terhadap pemahaman yang sudah ada.
Manfaat dari pendekatan konstruktivisme sangatlah luas, mencakup peningkatan
motivasi dan keterlibatan belajar, pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta
peningkatan pemahaman dan retensi informasi. Dengan demikian, pendekatan konstruktivisme
bukan hanya sekadar metode pembelajaran, tetapi juga filosofi yang mendasari pendekatan
holistik terhadap pembelajaran, memastikan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan
pengetahuan, tetapi juga menguasainya secara menyeluruh.
Ditulis oleh Yudha Arya Pradana (PE 2022 B)