Tantangan Ekonomi 2025: Kebijakan Moneter Ketat dan Dampaknya terhadap Daya Beli

Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang penuh dengan tantangan bagi perekonomian global, termasuk negara kita, Indonesia. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kebijakan moneter yang ketat, jika kebijakan moneter terlalu ketat, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi meskipun inflasi terkendali (Munawaroh, 2022). Kebijakan moneter yang ketat juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Inflasi merupakan suatu kondisi perekonomian dimana harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Kenaikan harga barang dan jasa cenderung menurunkan daya beli masyarakat yang berdampak pada pola konsumsi dan kualitas hidup. Penyebab inflasi sangat beragam, termasuk peningkatan biaya produksi dan kebijakan moneter yang ketat. Pada tahun 2025, perekonomian Indonesia diperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan, termasuk tren inflasi, suku bunga bank sentral, ketegangan geopolitik, dan kebijakan proteksionisme ekonomi Amerika Serikat. Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di awal tahun 2025 juga dapat mendorong masyarakat untuk menahan konsumsi.
Situasi global terus memberikan tantangan yang kompleks, dan tahun 2025 diperkirakan akan diwarnai dengan kebijakan moneter, ekonomi, dan kebijakan yang ketat sebagai respons terhadap tekanan inflasi. Bank Indonesia, seperti halnya bank sentral di negara-negara lain, dihadapkan pada tugas berat untuk menjaga stabilitas harga tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter, yang mencakup pengaturan suku bunga dan operasi pasar terbuka, merupakan instrumen utama dalam mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Namun demikian, efektivitas kebijakan ini sangat bergantung pada koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia, serta kemampuan mengantisipasi dan merespon gejolak ekonomi eksternal.
Inflasi menjadi perhatian utama karena dapat mengurangi pendapatan riil masyarakat dan berdampak negatif terhadap ekonomi makro. Kenaikan harga barang dan jasa yang terus menerus dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok, yang pada akhirnya mempengaruhi pola konsumsi dan kualitas hidup. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan biaya produksi dan kebijakan moneter yang ketat. Inflasi diperkirakan akan terus menjadi perhatian utama di tahun 2025. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui berbagai kebijakan. Salah satu langkah yang diambil adalah kebijakan moneter ketat, yang bertujuan untuk mengendalikan laju inflasi agar tidak semakin menggerogoti perekonomian. Kebijakan ini meliputi penetapan suku bunga dan pengelolaan likuiditas di pasar uang.
Pada tahun 2022, Indonesia mengalami inflasi sebesar 5,51%, dengan kelompok pengeluaran transportasi menjadi penyumbang terbesar. Meskipun BI telah melakukan upaya untuk mengendalikan inflasi, tantangan tetap ada, terutama dari faktor eksternal seperti harga energi dan pangan global. Pemerintah dan BI perlu terus berkoordinasi untuk menjaga inflasi tetap terkendali, dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap daya beli masyarakat (Strategy et al., 2024).
Konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan kontribusi pada tahun 2022. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi telah mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk berbelanja. Jika kondisi ini terus berlanjut pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terhambat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan BI untuk mencari keseimbangan antara mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Untuk mengatasi tantangan ekonomi di tahun 2025, Indonesia harus fokus pada beberapa langkah strategis. Pertama, BI perlu menjaga kredibilitas kebijakan moneternya melalui komunikasi yang jelas dan transparan kepada masyarakat. Ekspektasi inflasi yang stabil dapat membantu mengurangi tekanan harga. Kedua, pemerintah perlu meningkatkan efisiensi pasokan dan infrastruktur untuk mengurangi biaya produksi dan distribusi. Hal ini dapat membantu menjaga harga barang dan jasa tetap terjangkau.
Tahun 2025 akan menjadi periode yang menantang bagi perekonomian Indonesia karena kebijakan moneter ketat yang diterapkan untuk mengendalikan inflasi. Namun, kebijakan ini berpotensi menekan daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia sangat penting untuk menjaga stabilitas harga, meningkatkan efisiensi pasokan, dan memberikan dukungan fiskal yang tepat sasaran untuk melindungi daya beli masyarakat yang rentan. Komunikasi yang jelas dan transparan mengenai kebijakan moneter juga penting untuk menjaga ekspektasi inflasi yang stabil.
Ditulis oleh Izza Nanda Musyaffa (PE 2023 I)
Referensi :
Munawaroh, T. (2022). Sinergi atau Konflik : Menganalisis Dampak Kebijakan Moneter dan Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Strategi, A., Kebijakan, D. A. N., Terhadap, M., Inflasi, P., Daya, D. A. N., & Masyarakat, B. (2024). Jurnal dinamika sosial dan sains. 48-59.